Koneksi Antar Materi - Modul 2.3

 

By. Robby Amrulloh - CGP A.11


Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Peran saya sebagai seorang coach di sekolah yaitu mengajak rekan sejawat dalam membicarakan sesuatu hal yang ingin mereka bagi dengan saya untuk mencari solusi atau pemecahan dari sebuah masalah. Pada kasus ini saya tidak akan memberikan solusi, tetapi saya akan berusaha mempraktikkan kompetensi inti coaching untuk memandu dan menuntun rekan saya dalam memahami masalahnya sehingga rekan saya sendiri mampu membuat rencana aksi yang menjawab permasalahannya. Dalam percakapan coaching ini, saya akan memosisikan diri saya sebagai mitra dan bersikap terbuka menerima semua paparan dari coachee serta terbebas dari asumsi, judgement, maupun pelabelan. Pembelajaran berdiferensiasi memberi keleluasaan dan kemampuan mengakomodasi kebutuhan murid untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda. Dengan pembelajaran itu, guru hendaknya menjadi fasilitator yang berorientasi kepada pemenuhan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid. Pada pembelajaran berdiferensiasi guru diharapkan dapat mengelola pembelajaran sesuai dengan kebutuhan muridnya dengan cara melakukan tes, pengamatan, maupun percakapan ringan yang mampu menemukenali kesiapan belajar murid maupun profil belajar murid. Pada pembelajaran sosial dan emosi, guru diharapkan dapat mengelola emosi diri dan para murid pada kegiatan pembelajaran dengan meningkatkan kesadaran diri, managemen diri, kesadaran sosial, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Semua hal tersebut erat kaitannya pada praktik coaching karena seorang coach harus menyesuaikan diri dengan berbagai macam coachee yang berbeda karakter, berbeda keinginan maupun berbeda kebutuhan. Oleh karena itu, dalam praktik coaching harus disesuaikan dengan kondisi coachee.

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi saya sebagai pemimpin pembelajaran yaitu seorang guru harus mampu menuntun para muridnya dalam menemukenali dan mengembangkan potensi diri murid. Hal ini sangat berpengaruh besar pada perkembangan pribadi murid dalam menumbuhkan kesadaran diri terhadap potensi yang dimilikinya. Sehingga tugas guru sebagai coach ini dapat menumbuhkan potensi yang murid yang selama ini belum ia sadari.

Refleksi pengetahuan sebelum, selama, dan sesudah mempelajari modul ini

sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa pembelajaran hanya bertujuan untuk merubah dan mengasah pengetahuan dan keterampilan anak saja, sehingga nilai pembelajaran menggambarkan siswa apakah layak dan tidak. Namun setelah mempelajari modul ini ternyata pembelajaran juga terfokus pada pemenuhan karakter siswa agar dapat menemukali kemampuan diri dalam mengatasi permasalahan melalui kegiatan coaching. Hal ini pastinya juga terkait dengan emosional siswa. Oleh sebab itu siswa akan memiliki kesadaran diri yang tinggi untuk dapat memahami perasaan diri sendiri sehingga dia mampu menggali kemampuan dirinya sesuai dengan keadaan. Selain itu memiliki menejemen diri, kesadaran sosial, kesadaran berelasi, dan dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan yang ada. Akan mendorong siswa dalam memaknai diri menjadi lebih baik

 

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well being), 3 hal mendasar dan pentingnya yang saya pelajari adalah

1.      Dalam proses coaching, seorang coach harus mampu mendengarkan aktif percakapan dengan RASA ( Receipe, Acknowledge, Sumarize, Ask)

2.      Alur percakapan coaching menggunakan alur TIRTA. (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab.

3.      CGP dapat mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching.

 

Berkaitan dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah bagi murid-murid dan bagi rekan sejawat.

Dengan menyediakan waktu untuk menjadi seorang coach didalam menemukali kemampuan diri siswa dan rekan sejawat ini dapat dilakukan dengan langkah coaching agar coache dapat mengenali diri sehingga nantinya dapat terciptanya ide, rencana, atau strategi yang mengarah kepada solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi melalui beberapa pertanyaan pengarah.

Perubahan yang akan saya terapkan bagi siswa, sebagai pemimpin pembelajaran saya dapat menuntun siswa di dalam memahami karakter dan emosional melalui 3 kompetensi seorang coach agar nantinya dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan diri siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu juga Coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Sebagai seorang ‘pamong’. Guru dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

 

Perubahan yang akan saya terapkan bagi sekolah, adalah dengan berkolaborasi agar terjalin kemitraan di mana nantinya posisi coach dan coachee dapat sejajar. Coach adalah mitra belajar bagi coachee, begitupun coachee adalah mitra belajar untuk coach. Mitra belajar memberikan perspektif keselarasan dalam berinteraksi dan berdialog antara coach dan coachee. Dalam proses coaching baik coach maupun coachee bisa menemukan kekuatan dan potensi dirinya. Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach (pendidik/pamong) terhadap rekan sejawat.

0 Response to "Koneksi Antar Materi - Modul 2.3"

Post a Comment